MANADO – Temuan uang palsu di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) pada triwulan ketiga tahun 2011 meningkat menjadi 126 lembar, naik cukup tinggi dibandingkan triwulan kedua 75 lembar dan triwulan pertama hanya 26 lembar.
“Temuan uang palsu paling tinggi yakni pecahan 100.000 sebanyak 73 lembar, padahal periode triwulan sebelumnya 21 lembar dan triwulan pertama 12 lembar,” kata Pemimpin Bank Indonesia (BI) Manado, Ramlan Ginting, Rabu.
Selain pecahan 100.000, kata Ramlan pecahan 50.000 juga perlu diwaspadai karena cukup banyak ditemukan palsu pada triwulan ketiga tahun ini, yakni 32 lembar.
Uang palsu lainnya ditemukan perbankan Sulut, kata Ramlan yakni pecahan 20.000 sebanyak 14 lembar dan pecahan 10.000 tujuh lembar.
“Temuan uang palsu tersebut ada kemungkinan lebih besar dari data BI ini, karena data temuan tersebut hanya didapat dari setoran bank ke BI, dimana dimasukkan ke alat penyortir maka uang palsu akan terpisah dengan rupiah,” kata Ramlan.
Masyarakat, kata Ramlan diharapkan dapat memberi informasi ke aparat penegak hukum, bila temukan uang palsu beredar di pasaran, karena hal ini akan membantu meminimalisir peredaran uang palsu tersebut, apalagi pengedarnya memiliki jaringan yang masih sulit dilacak.
Guna meminimalisir peredaran uang palsu, kata Ramlan, maka BI akan mengoptimalkan koordinasi dengan instansi penegak hukum guna kemungkinan melakukan pengawasan yang lebih kontinu.
Selain langkah antisipatif, kata Ramlan, BI terus mengoptimalkan sosialisasi tentang keaslihan rupiah, dengan lebih mengenali rupiah, maka akan mudah membedakan mana yang asli dan mana palsu.(niel)
MANADO – Temuan uang palsu di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) pada triwulan ketiga tahun 2011 meningkat menjadi 126 lembar, naik cukup tinggi dibandingkan triwulan kedua 75 lembar dan triwulan pertama hanya 26 lembar.
“Temuan uang palsu paling tinggi yakni pecahan 100.000 sebanyak 73 lembar, padahal periode triwulan sebelumnya 21 lembar dan triwulan pertama 12 lembar,” kata Pemimpin Bank Indonesia (BI) Manado, Ramlan Ginting, Rabu.
Selain pecahan 100.000, kata Ramlan pecahan 50.000 juga perlu diwaspadai karena cukup banyak ditemukan palsu pada triwulan ketiga tahun ini, yakni 32 lembar.
Uang palsu lainnya ditemukan perbankan Sulut, kata Ramlan yakni pecahan 20.000 sebanyak 14 lembar dan pecahan 10.000 tujuh lembar.
“Temuan uang palsu tersebut ada kemungkinan lebih besar dari data BI ini, karena data temuan tersebut hanya didapat dari setoran bank ke BI, dimana dimasukkan ke alat penyortir maka uang palsu akan terpisah dengan rupiah,” kata Ramlan.
Masyarakat, kata Ramlan diharapkan dapat memberi informasi ke aparat penegak hukum, bila temukan uang palsu beredar di pasaran, karena hal ini akan membantu meminimalisir peredaran uang palsu tersebut, apalagi pengedarnya memiliki jaringan yang masih sulit dilacak.
Guna meminimalisir peredaran uang palsu, kata Ramlan, maka BI akan mengoptimalkan koordinasi dengan instansi penegak hukum guna kemungkinan melakukan pengawasan yang lebih kontinu.
Selain langkah antisipatif, kata Ramlan, BI terus mengoptimalkan sosialisasi tentang keaslihan rupiah, dengan lebih mengenali rupiah, maka akan mudah membedakan mana yang asli dan mana palsu.(niel)