Minut, BeritaManado.com – Foto-foto yang belakangan viral di media sosial, terkait penguburan sejumlah peti jenazah dalam satu liang kubur, rupanya nyata.
Penelusuran BeritaManado.com Selasa (6/2/2018), sumber foto tersebut berada di Desa Kawangkoan Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa Utara.
Terpantau, lokasi tersebut merupakan lahan pekuburan baru, sementara peti-peti jenazah yang berjejer adalah peti jenazah yang berisi tulang belulang dari jenazah yang dipindahkan dari kubur warga sebelumnya, yang kini akan dijadikan jalan Tol Manado-Minut-Bitung.
Hingga sore hari, aktifitas penggalian makam dan pemindahan jenazah masih terus dilakukan petugas dibantu dua unit eksavator.
Tampak puluhan masyarakat mengelilingi lokasi kuburan lama yang sedang digalih. Mereka kebanyakan adalah keluarga dari jenazah.
Ketua Pemindahan Lahan Kubur Bayangkhara Montori menjelaskan, ada 602 jenazah yang akan dipindahkan ke lokasi pekuburan yang baru.
Jumlah ini di luar 300 jenazah yang akan dipindahkan dari lahan dekat waduk, yang posisinya bersebelahan dengan proyek tol.
Menurut Montori, areal pekuburan yang baru seluas 1,2 hektar (Ha), jauh lebih luas dibanding pekuburan lama yang tak sampai 500 meter2.
“Pekuburan yang baru itu setengahnya dibeli pihak balai jalan (Balai Pelaksana Jalan Nasional XV, red). Setengahnya dibeli oleh pemerintah desa karena di lahan itu akan dijadikan kompleks pekuburan warga desa,” ujar Montori.
Terkait proses penguburan jenazah, Montori tidak mengelak kalau pihaknya menggali liang kubur besar untuk diletakkan peti-peti jenazah.
Hal ini kata dia, pihak BPJN XV hanya mengalokasikan dana sebesar Rp1,9 Miliar untuk pengembalian uang fisik kubur yang akan dirusak dan pembangunan kubur baru kepada ahli waris dihitung sesuai fisik kubur mulai dari Rp0 untuk kuburan tanah, sampai Rp10-an juta bagi kuburan permanen.
Montori menambahkan, ada juga uang non fisik untuk pembuatan peti, penggalian dan forensik untuk jenazah.
“Dan banyak pengeluaran yang tidak tercover didana itu. Makanya kondisi kubur terbatas namun nantinya lahan kubur tersebut akan diplester rapi kemudian diberi batas antara jenazah satu dengan yang lain. Kalau mungkin kondisi kuburan di desa lain lebih bagus, itu karena pemilik kubur menambah uang kepada pekerja,” tambah Montori yang mengaku tidak digaji untuk menjadi panitia pemindahan lahan kubur.
‘KUBURAN MASSAL’
Terlepas dari penjelasan panitia pemindahan lahan kubur, kritikan warga terkait kondisi kuburan baru terus berdatangan.
Margaretha Ovelin Tampah merasa kecewa melihat makam orangtuanya Alm Wentrik Okto Tampah, hanya diletakkan dalam satu lubang tanah berjejer dengan peti-peti lainnya.
Kondisi ini berbeda jauh dengan kuburan di Desa Kawangkoan Baru yang statusnya sama yaitu relokasi jalan tol.
“Kalau dilihat memang jauh sekali perbedaannya. Sejujurnya kami tidak terima kalau kondisi penguburannya begini, tapi mau bagaimana lagi makam ayah saya sudah dibongkar,” kata Margaretha.
Menurutnya, makam lebih cocok disebut kuburan massal korban bencana.
“Masyarakat Desa Kawangkoan, kami masyarakat asli, kami penduduk asli. Dotu kami ada disini. Saya berharap pemerintah harus lebih bijaksana karena ini berhubungan dengan jasad seseorang. Bukan berarti kami menuntut dibayar berapa, tapi kami harap agar jasad pantas untuk dimakamkan. Kalau seperti ini, sangat memprihatinkan,” tambah Margaretha.
(Finda Muhtar)
Baca juga:
Wah… Heboh Foto Kuburan Massal di Desa Kawangkoan Minut
Minut, BeritaManado.com – Foto-foto yang belakangan viral di media sosial, terkait penguburan sejumlah peti jenazah dalam satu liang kubur, rupanya nyata.
Penelusuran BeritaManado.com Selasa (6/2/2018), sumber foto tersebut berada di Desa Kawangkoan Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa Utara.
Terpantau, lokasi tersebut merupakan lahan pekuburan baru, sementara peti-peti jenazah yang berjejer adalah peti jenazah yang berisi tulang belulang dari jenazah yang dipindahkan dari kubur warga sebelumnya, yang kini akan dijadikan jalan Tol Manado-Minut-Bitung.
Hingga sore hari, aktifitas penggalian makam dan pemindahan jenazah masih terus dilakukan petugas dibantu dua unit eksavator.
Tampak puluhan masyarakat mengelilingi lokasi kuburan lama yang sedang digalih. Mereka kebanyakan adalah keluarga dari jenazah.
Ketua Pemindahan Lahan Kubur Bayangkhara Montori menjelaskan, ada 602 jenazah yang akan dipindahkan ke lokasi pekuburan yang baru.
Jumlah ini di luar 300 jenazah yang akan dipindahkan dari lahan dekat waduk, yang posisinya bersebelahan dengan proyek tol.
Menurut Montori, areal pekuburan yang baru seluas 1,2 hektar (Ha), jauh lebih luas dibanding pekuburan lama yang tak sampai 500 meter2.
“Pekuburan yang baru itu setengahnya dibeli pihak balai jalan (Balai Pelaksana Jalan Nasional XV, red). Setengahnya dibeli oleh pemerintah desa karena di lahan itu akan dijadikan kompleks pekuburan warga desa,” ujar Montori.
Terkait proses penguburan jenazah, Montori tidak mengelak kalau pihaknya menggali liang kubur besar untuk diletakkan peti-peti jenazah.
Hal ini kata dia, pihak BPJN XV hanya mengalokasikan dana sebesar Rp1,9 Miliar untuk pengembalian uang fisik kubur yang akan dirusak dan pembangunan kubur baru kepada ahli waris dihitung sesuai fisik kubur mulai dari Rp0 untuk kuburan tanah, sampai Rp10-an juta bagi kuburan permanen.
Montori menambahkan, ada juga uang non fisik untuk pembuatan peti, penggalian dan forensik untuk jenazah.
“Dan banyak pengeluaran yang tidak tercover didana itu. Makanya kondisi kubur terbatas namun nantinya lahan kubur tersebut akan diplester rapi kemudian diberi batas antara jenazah satu dengan yang lain. Kalau mungkin kondisi kuburan di desa lain lebih bagus, itu karena pemilik kubur menambah uang kepada pekerja,” tambah Montori yang mengaku tidak digaji untuk menjadi panitia pemindahan lahan kubur.
‘KUBURAN MASSAL’
Terlepas dari penjelasan panitia pemindahan lahan kubur, kritikan warga terkait kondisi kuburan baru terus berdatangan.
Margaretha Ovelin Tampah merasa kecewa melihat makam orangtuanya Alm Wentrik Okto Tampah, hanya diletakkan dalam satu lubang tanah berjejer dengan peti-peti lainnya.
Kondisi ini berbeda jauh dengan kuburan di Desa Kawangkoan Baru yang statusnya sama yaitu relokasi jalan tol.
“Kalau dilihat memang jauh sekali perbedaannya. Sejujurnya kami tidak terima kalau kondisi penguburannya begini, tapi mau bagaimana lagi makam ayah saya sudah dibongkar,” kata Margaretha.
Menurutnya, makam lebih cocok disebut kuburan massal korban bencana.
“Masyarakat Desa Kawangkoan, kami masyarakat asli, kami penduduk asli. Dotu kami ada disini. Saya berharap pemerintah harus lebih bijaksana karena ini berhubungan dengan jasad seseorang. Bukan berarti kami menuntut dibayar berapa, tapi kami harap agar jasad pantas untuk dimakamkan. Kalau seperti ini, sangat memprihatinkan,” tambah Margaretha.
(Finda Muhtar)
Baca juga:
Wah… Heboh Foto Kuburan Massal di Desa Kawangkoan Minut