Langowan – Mungkin belum pernah ada dalam sejarah negeri ini, suatu daerah terakomodir kaum perempuan dalam setiap periode pesta demokrasi (Pilkada). Kalaupun ada kaum perempuan yang jadi pemimpin atau wakilnya, sepertinya itu hanya musiman saja. Artinya, belum ada daerah yang memiliki tradisi dengan pemimpin dari kaum laki -laki serta wakilnya dari kalangan perempuan atau sebaliknya.
Kota Langowan nantinya berpotensi membuat sejarah baru dalam pemerintahan daerah di Sulawesi Utara dan Indonesia, dengan menempatkan laki – laki dan perempuan sebagai walikota dan wakil walikota, begitu juga sebaliknya. Pasalnya daerah ini punya banyak figur calon pemimpin. Mulai dari kalangan politisi, birokrat, sampai pengusaha, semuanya ada. Inilah situasi yang harus dicermati partai politik.
Apapun alasannya, kaum perempuan pasti juga butuh pemimpin dari kalangannya sendiri. Secara naluri, perempuan pasti lebih memahami seluk beluk dunianya sendiri. Jadi memang alangkah baiknya, pada setiap pesta demokrasi entah sebagai walikota atau wakil walikota, ada satu figur perempuan didalamnya. Namun demikian hal ini juga merupakan suatu permasalahan sekaligus pertanyaan, apakah ini akan berkelanjutan atau mati di tengah jalan.
“Sebagai perempuan, tentu saya mendukung jika ada figur perempuan jadi bagian dari pemimpin Kota Langowan yang definitif. Apakah itu papan satu atau papan dua, itu tidak masalah, yang penting salah satunya perempuan. Namun untuk jangka panjang, seluruh elemen masyarakat termasuk secara kelembagaan parpol, gereja dan ormas, semuanya harus berperan untuk melahirkan calon pemimpin masa depan,” ungkap Eva Massie, tokoh pemuda Kota Langowan. (Frangki Wullur)
Langowan – Mungkin belum pernah ada dalam sejarah negeri ini, suatu daerah terakomodir kaum perempuan dalam setiap periode pesta demokrasi (Pilkada). Kalaupun ada kaum perempuan yang jadi pemimpin atau wakilnya, sepertinya itu hanya musiman saja. Artinya, belum ada daerah yang memiliki tradisi dengan pemimpin dari kaum laki -laki serta wakilnya dari kalangan perempuan atau sebaliknya.
Kota Langowan nantinya berpotensi membuat sejarah baru dalam pemerintahan daerah di Sulawesi Utara dan Indonesia, dengan menempatkan laki – laki dan perempuan sebagai walikota dan wakil walikota, begitu juga sebaliknya. Pasalnya daerah ini punya banyak figur calon pemimpin. Mulai dari kalangan politisi, birokrat, sampai pengusaha, semuanya ada. Inilah situasi yang harus dicermati partai politik.
Apapun alasannya, kaum perempuan pasti juga butuh pemimpin dari kalangannya sendiri. Secara naluri, perempuan pasti lebih memahami seluk beluk dunianya sendiri. Jadi memang alangkah baiknya, pada setiap pesta demokrasi entah sebagai walikota atau wakil walikota, ada satu figur perempuan didalamnya. Namun demikian hal ini juga merupakan suatu permasalahan sekaligus pertanyaan, apakah ini akan berkelanjutan atau mati di tengah jalan.
“Sebagai perempuan, tentu saya mendukung jika ada figur perempuan jadi bagian dari pemimpin Kota Langowan yang definitif. Apakah itu papan satu atau papan dua, itu tidak masalah, yang penting salah satunya perempuan. Namun untuk jangka panjang, seluruh elemen masyarakat termasuk secara kelembagaan parpol, gereja dan ormas, semuanya harus berperan untuk melahirkan calon pemimpin masa depan,” ungkap Eva Massie, tokoh pemuda Kota Langowan. (Frangki Wullur)