Amurang – Elvira Rorimpandey dan Jein Delafonte, peserta pelatihan jurnalistik yang digelar Kerukunan Mahasiswa (KEMAH) KGPM di KGPM Sidang Tiberias Kapitu, Sabtu (3/6/2017), merasa bangga bisa menulis berita setelah menerima pelatihan.
Meskipun hanya dilatih sekitar 2 jam, Elvira dan Jein mengaku dapat memahami teknis standar penulisan berita menjadi karya jurnalistik. Kedepan, keduanya berharap pelatihan jurnalistik bagi mahasiswa lebih diperbanyak.
“Setiap hari kami menulis pesan di medsos, namun tulisan-tulisan itu belum masuk kategori karya jurnalistik. Melalui pelatihan kami tahu 5W-1H, mencari fakta, perencanaan peliputan dan lainnya. Meskipun tulisan masih standar, siapa tahu bisa menjadi wartawan, paling tidak di kampus,” tutur Elvira diiyakan Jein.
Ketua Badan Pimpinan Pusat (BPP) KEMAH KGPM, Roy Liow, memberi apresiasi kepada seluruh peserta yang menunjukkan kemampuan serta mampu memahami setiap materi pelatihan jurnalistik yang disampaikan narasumber.
“Salut kepada teman teman-teman peserta, ternyata pelatihan jurnalistik ini tidak sia-sia, hasil penilaian tim pelatih ternyata semua yang memasukkan hasil menulis berita sudah memenuhi syarat sebagai karya jurnalistik meskipun sebagian besar masih kategori standar. Hasil baik sesuai referensi penguji bapak Jerry Palohoon sebagai lulusan terbaik pada uji kompetensi wartawan di Pemprov Sulut dua bulan lalu,” jelas Roy Liow.
Lanjut Roy Liow, kegiatan yang berlangsung selama 4 hari diutamakan pada pelatihan jurnalistik juga diisi dengan beberapa materi kerohanian, pemahaman hukum dan KKR.
“Semua agenda acara diikuti dengan baik seluruh peserta, terima-kasih banyak kepada semua narasumber dan pelatih jutrnalistik. Mudah-mudahan melalui pelatihan jurnalistik, siswa dan mahasiswa KGPM mampu menyesuaikan dengan perkembangan kemajuan informasi terutama perkembangan media online,” terang Roy Liow. (RDS)
Ini contoh berita yang ditulis Elfira dan Jein hasil pelatihan jurnalistik:
Memprihatinkan, Bukit Kasih Perlu Direhabilitasi
Minahasa – Sulawasi Utara merupakan provinsi yang dikenal dengan keberagaman dan kerukunan antar umat beragama.
Bukit kasih Kanonang adalah salah-satu objek wisata religius yang menjadi icon keberagaman dan kerukunan di Sulawesi Utara, dibangun miniatur tempat peribadatan dari berbagai golongan agama seperti Kristen Protestan, Katolik, Islam, Hindu, Budha dan Konghuchu di puncak bukit.
Objek wisata yang berlokasi di Desa Kanonang, Kecamatan Kawangkoan ini, hampir setiap hari dikunjungi banyak wisatawan, baik wisatawan lokal maupun mancanegara.
Namun objek wisata yang menjadi icon dari Sulawesi Utara akhir-akhir ini sudah tidak terawat.
Menurut pemantauan beritamanado.com, banyak fasilitas yang sudah rusak dan tidak layak digunakan lagi serta tidak dijaganya kebersihan di lokasi objek wisata tersebut, misalnya tangga-tangga yang sudah rusak, tempat peribatan yang sudah tidak terawat dan bahkan kebersihan yang tidak terjaga lagi.
Diwawancarai oleh BeritaManado.com, pengelolah objek wisata, Deki Assa, membenarkan bahwa memang sudah banyak fasilitas yang rusak dan tidak layak digunakan lagi dikarenakan beberapa fasilitas ini sudah lama dibangun tapi belum direnovasi, juga banyaknya wisatawan yang tidak mempedulikan kebersihan membuang sampah sembarangan.
“Kami sudah berupaya memperbaiki berbagai kerusakan yang ada, meminta sumbangan biaya dari wisatawan yang datang dan kami pun sudah mengajukan proposal kepada Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Utara, karena selama ini belum ada alokasi dana dari Dinas Pariwisata untuk merenovasi objek wisata Bukit kasih Kanonang,” ujar Deki Assa, Sabtu (3/6/2017).
Sementara itu Kepala Dinas Pariwisata Sulawesi Utara, Daniel Mewengkang, menjamin pemerintah akan segera merenovasi objek wisata Bukit Kasih Kanonang.
“Untuk dana ini sudah ada, namun belum dianggarkan pada tahun 2017 Kami menganggarkannya pada tahun 2018, kami mengharapkan agar pengelola Objek wisata Bukit kasih Kanonang untuk bersabar menunggu alokasi dana untuk rehabilitasi sarana,” ucap Daniel Mewengkang.
# Elvira Rorimpandey
# Jein Delafonte
Amurang – Elvira Rorimpandey dan Jein Delafonte, peserta pelatihan jurnalistik yang digelar Kerukunan Mahasiswa (KEMAH) KGPM di KGPM Sidang Tiberias Kapitu, Sabtu (3/6/2017), merasa bangga bisa menulis berita setelah menerima pelatihan.
Meskipun hanya dilatih sekitar 2 jam, Elvira dan Jein mengaku dapat memahami teknis standar penulisan berita menjadi karya jurnalistik. Kedepan, keduanya berharap pelatihan jurnalistik bagi mahasiswa lebih diperbanyak.
“Setiap hari kami menulis pesan di medsos, namun tulisan-tulisan itu belum masuk kategori karya jurnalistik. Melalui pelatihan kami tahu 5W-1H, mencari fakta, perencanaan peliputan dan lainnya. Meskipun tulisan masih standar, siapa tahu bisa menjadi wartawan, paling tidak di kampus,” tutur Elvira diiyakan Jein.
Ketua Badan Pimpinan Pusat (BPP) KEMAH KGPM, Roy Liow, memberi apresiasi kepada seluruh peserta yang menunjukkan kemampuan serta mampu memahami setiap materi pelatihan jurnalistik yang disampaikan narasumber.
“Salut kepada teman teman-teman peserta, ternyata pelatihan jurnalistik ini tidak sia-sia, hasil penilaian tim pelatih ternyata semua yang memasukkan hasil menulis berita sudah memenuhi syarat sebagai karya jurnalistik meskipun sebagian besar masih kategori standar. Hasil baik sesuai referensi penguji bapak Jerry Palohoon sebagai lulusan terbaik pada uji kompetensi wartawan di Pemprov Sulut dua bulan lalu,” jelas Roy Liow.
Lanjut Roy Liow, kegiatan yang berlangsung selama 4 hari diutamakan pada pelatihan jurnalistik juga diisi dengan beberapa materi kerohanian, pemahaman hukum dan KKR.
“Semua agenda acara diikuti dengan baik seluruh peserta, terima-kasih banyak kepada semua narasumber dan pelatih jutrnalistik. Mudah-mudahan melalui pelatihan jurnalistik, siswa dan mahasiswa KGPM mampu menyesuaikan dengan perkembangan kemajuan informasi terutama perkembangan media online,” terang Roy Liow. (RDS)
Ini contoh berita yang ditulis Elfira dan Jein hasil pelatihan jurnalistik:
Memprihatinkan, Bukit Kasih Perlu Direhabilitasi
Minahasa – Sulawasi Utara merupakan provinsi yang dikenal dengan keberagaman dan kerukunan antar umat beragama.
Bukit kasih Kanonang adalah salah-satu objek wisata religius yang menjadi icon keberagaman dan kerukunan di Sulawesi Utara, dibangun miniatur tempat peribadatan dari berbagai golongan agama seperti Kristen Protestan, Katolik, Islam, Hindu, Budha dan Konghuchu di puncak bukit.
Objek wisata yang berlokasi di Desa Kanonang, Kecamatan Kawangkoan ini, hampir setiap hari dikunjungi banyak wisatawan, baik wisatawan lokal maupun mancanegara.
Namun objek wisata yang menjadi icon dari Sulawesi Utara akhir-akhir ini sudah tidak terawat.
Menurut pemantauan beritamanado.com, banyak fasilitas yang sudah rusak dan tidak layak digunakan lagi serta tidak dijaganya kebersihan di lokasi objek wisata tersebut, misalnya tangga-tangga yang sudah rusak, tempat peribatan yang sudah tidak terawat dan bahkan kebersihan yang tidak terjaga lagi.
Diwawancarai oleh BeritaManado.com, pengelolah objek wisata, Deki Assa, membenarkan bahwa memang sudah banyak fasilitas yang rusak dan tidak layak digunakan lagi dikarenakan beberapa fasilitas ini sudah lama dibangun tapi belum direnovasi, juga banyaknya wisatawan yang tidak mempedulikan kebersihan membuang sampah sembarangan.
“Kami sudah berupaya memperbaiki berbagai kerusakan yang ada, meminta sumbangan biaya dari wisatawan yang datang dan kami pun sudah mengajukan proposal kepada Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Utara, karena selama ini belum ada alokasi dana dari Dinas Pariwisata untuk merenovasi objek wisata Bukit kasih Kanonang,” ujar Deki Assa, Sabtu (3/6/2017).
Sementara itu Kepala Dinas Pariwisata Sulawesi Utara, Daniel Mewengkang, menjamin pemerintah akan segera merenovasi objek wisata Bukit Kasih Kanonang.
“Untuk dana ini sudah ada, namun belum dianggarkan pada tahun 2017 Kami menganggarkannya pada tahun 2018, kami mengharapkan agar pengelola Objek wisata Bukit kasih Kanonang untuk bersabar menunggu alokasi dana untuk rehabilitasi sarana,” ucap Daniel Mewengkang.
# Elvira Rorimpandey
# Jein Delafonte