Kemasan Rokok bergambar penyakit akibat rokok
Tahuna – Sejumlah Toko dan warung yang menjual rokok dari berbagai merek keluhkan adanya gambar penyakit akibat mengkonsumsi rokok yang tertera pada kemasan.
“Jujur saja omset kami menurun ketika semua merek rokok terdapat gambar penyakit yang tertera dipembungkus, karena banyak konsumen yang tidak mau membelinya bahkan mereka bertanya untuk membeli rokok yang tidak bergambar penyakit. Dulunya setiap hari bisa menjual 20 Bungkus rokok berbagai merek per hari, kini tinggal 5 bungkus saja,” ungkap Maria Silangen di kampung Lebo kecamatan Manganitu.
Sementara itu, sejumlah konsumen rokok yang diwawancarai BeritaManado.coom mengakui kalau setiap membeli rokok bertanya terlebih dahulu kepada pemilik warung apakah rokok yang dijual bergambar atau tidak dan kalau bergambar mereka urungkan niat untuk tidak membeli.
“Kami bertanya dulu, kalau bergambar tidak membeli bertahan untuk tidak mengisap rokok sambil mencari rokok yang belum bergambar, karena melihat gambarnya saja sudah takut dan jijik,” ujar sejumlah pecandu rokok.
Pantauan BeritaManado, bebarapa merek rokok yang belum bergambar saat ini masih memiliki stok di toko penampung besar, namun harga ecerannya sudah tidak lagi sama dengan Rokok yang bergambar.
Salah satu merek rokok GS yang harganya Rp.17.000 kini naik menjadi Rp.23.000
“Kalau yang bergambar harganya normal, kalau yang tidak bergambar hargannya naik jadi Rp.23.000 karena stoknya sudah tidak ada dan banyak konsumen yang cari, jadi harganya dinaikan,” ungkap salah satu pemilik toko yang diwawancari.(gun)
Kemasan Rokok bergambar penyakit akibat rokok
Tahuna – Sejumlah Toko dan warung yang menjual rokok dari berbagai merek keluhkan adanya gambar penyakit akibat mengkonsumsi rokok yang tertera pada kemasan.
“Jujur saja omset kami menurun ketika semua merek rokok terdapat gambar penyakit yang tertera dipembungkus, karena banyak konsumen yang tidak mau membelinya bahkan mereka bertanya untuk membeli rokok yang tidak bergambar penyakit. Dulunya setiap hari bisa menjual 20 Bungkus rokok berbagai merek per hari, kini tinggal 5 bungkus saja,” ungkap Maria Silangen di kampung Lebo kecamatan Manganitu.
Sementara itu, sejumlah konsumen rokok yang diwawancarai BeritaManado.coom mengakui kalau setiap membeli rokok bertanya terlebih dahulu kepada pemilik warung apakah rokok yang dijual bergambar atau tidak dan kalau bergambar mereka urungkan niat untuk tidak membeli.
“Kami bertanya dulu, kalau bergambar tidak membeli bertahan untuk tidak mengisap rokok sambil mencari rokok yang belum bergambar, karena melihat gambarnya saja sudah takut dan jijik,” ujar sejumlah pecandu rokok.
Pantauan BeritaManado, bebarapa merek rokok yang belum bergambar saat ini masih memiliki stok di toko penampung besar, namun harga ecerannya sudah tidak lagi sama dengan Rokok yang bergambar.
Salah satu merek rokok GS yang harganya Rp.17.000 kini naik menjadi Rp.23.000
“Kalau yang bergambar harganya normal, kalau yang tidak bergambar hargannya naik jadi Rp.23.000 karena stoknya sudah tidak ada dan banyak konsumen yang cari, jadi harganya dinaikan,” ungkap salah satu pemilik toko yang diwawancari.(gun)