Manado – Pemadaman listrik yang dilakukan PLN dinilai keterlaluan. Alasan yang sama selalu diulang-ulang untuk menjawab pertanyaan masyarakat yang sebernarnya tidak sama sekali. Gangguan pada pembangkit tenaga listrik dan kondisi cuaca menjadi alasan paling klasik tanpa ada upaya nyata yang terlihat oleh masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Inilah yang membuat PLN mendapat predikat Juara 1 menyengsarakan rakyat. Setidaknya dari pendapat Delfison Adijaya, warga Mahakeret.
“Pemadaman listrik model begini menunjukkan mereka (PLN-red) tidak punya hati. Masyarakat jelas dikorbankan padahal ini adalah kegagalan PLN, termasuk pemerintah karena tidak mampu menerangi. Kerugian yang ditanggung masyarakat tidak sedikit lalu siapa yang harus ganti rugi kepada masyarakat?
Kalau masyarakat terlambat membayar tagihan listrik dua bulan, maka dipastikan surat pemutusan aliran listrik akan segera tiba. Pemadaman listrik ini sudah berlangsung berbulan-bulan. Lalu apa sanksi yang harus diberikan kepada PLN? Pemerintah juga tidak tahu ada dimana. Jangan sibuk dengan pilkada lalu tidak ada penekanan untuk masalah ini,” ujar Delfison Adijaya kepada BeritaManado.com, Selasa (6/10/2015).
Lanjut Delfison, transparansi dan upaya nyata dari PLN dibutuhkan warga Manado.
“Katanya pengumuman jadwal pemadaman ada di koran. Tapi koran mana? Masyarakat di zaman modern ini sudah jarang baca koran. Lebih banyak yang gunakan media sosial. Lebih baik buat surat lalu kirim ke gereja-gereja, masjid dan rumah ibadat lainnya nanti diumumkan. Kalau model ini tidak transparan ke masyarakat. Mungkin nanti ada demo-demo oleh aktivis seperti dulu baru Manado bisa terang kembali,” tegas pemerhati seni budaya Sulut yang juga instruktur seni tingkat nasional ini. (srisurya)
Manado – Pemadaman listrik yang dilakukan PLN dinilai keterlaluan. Alasan yang sama selalu diulang-ulang untuk menjawab pertanyaan masyarakat yang sebernarnya tidak sama sekali. Gangguan pada pembangkit tenaga listrik dan kondisi cuaca menjadi alasan paling klasik tanpa ada upaya nyata yang terlihat oleh masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Inilah yang membuat PLN mendapat predikat Juara 1 menyengsarakan rakyat. Setidaknya dari pendapat Delfison Adijaya, warga Mahakeret.
“Pemadaman listrik model begini menunjukkan mereka (PLN-red) tidak punya hati. Masyarakat jelas dikorbankan padahal ini adalah kegagalan PLN, termasuk pemerintah karena tidak mampu menerangi. Kerugian yang ditanggung masyarakat tidak sedikit lalu siapa yang harus ganti rugi kepada masyarakat?
Kalau masyarakat terlambat membayar tagihan listrik dua bulan, maka dipastikan surat pemutusan aliran listrik akan segera tiba. Pemadaman listrik ini sudah berlangsung berbulan-bulan. Lalu apa sanksi yang harus diberikan kepada PLN? Pemerintah juga tidak tahu ada dimana. Jangan sibuk dengan pilkada lalu tidak ada penekanan untuk masalah ini,” ujar Delfison Adijaya kepada BeritaManado.com, Selasa (6/10/2015).
Lanjut Delfison, transparansi dan upaya nyata dari PLN dibutuhkan warga Manado.
“Katanya pengumuman jadwal pemadaman ada di koran. Tapi koran mana? Masyarakat di zaman modern ini sudah jarang baca koran. Lebih banyak yang gunakan media sosial. Lebih baik buat surat lalu kirim ke gereja-gereja, masjid dan rumah ibadat lainnya nanti diumumkan. Kalau model ini tidak transparan ke masyarakat. Mungkin nanti ada demo-demo oleh aktivis seperti dulu baru Manado bisa terang kembali,” tegas pemerhati seni budaya Sulut yang juga instruktur seni tingkat nasional ini. (srisurya)