Langowan, BeritaManado.com — Sebagian besar orang zaman ini pasti mempunyai cepatu yang bahan dasarnya terbuat dari kulit dengan berbagai model disain, entah itu asli maupun sintetis.
Namun ternyata, cepatu kulit sudah ada di Indonesia khususnya Langowan sejak tahun 1800-an, sebagaimana yang dikenakan seorang Penlong Katolik Pertama di Langowan bernama Amelius Depau Mandagi atau disingkat AD Mandagi.
Berdasarkan temuan bukti fisik berupa dokumentasi foto, ternyata AD Mandagi sudah mengenakan cepatu kulit, bahkan sebelum ia diangkat sebagai Penlong Katolik Langowan pada periode pelayanannya sejak tahun 1914-1930.
Dalam foto AD Mandagi dan isterinya Sara Kalesaran terlihat jelas bahwa cepatu kulit yang dikenakan itu modelnya tidak jauh berbeda dengan yang ada saat ini, hanya saja tidak diketahui apa merknya dan tahun berapa pengambilan foto tersebut.
Jika diamati lebih mendalam, cepatu kulit AD Mandagi ternyata menggunakan tali seperti pada zaman ini, dimana yang menarik dari hal ini adalah cepatu tersebut terlihat serasi dengan setelan jas yang juga bisa dipastikan sudah ada sejak tahun 1800-an.
Menurut cicit dari AD Mandagi Yano Pomohon bahwa kemungkinan besar, cepatu dan sepasang pakaian jas lengkap dengan dasinya itu berasal dari Belanda, karena pada zamannya itu misionaris yang datang melayani di Langowan sebagian besar dari negeri kincir angin tersebut.
“Saya pikir semasa opa AD Mandagi hidup dari kecil hingga dewasa di Indonesia belum ada pabrik pakaian maupun cepatu. Jika dilihat perbandingannya jauh sebelum tahun kelahiran AD Mandagi, pakaian jas maupun cepatu kulit memang sudah dikenakan para petinggi VOC dan Kompeni ,” ujar Yano.
Ditambahkannya, dapat dikatakan bahwa tren perkembangan fashion di Indonesia bahkan Langowan saat ini tak lepas dari pegnaruh peradaban pada masa pendudukan Belanda selama kurang lebih 350 tahun.
Mengenai hal-hal tersebut diatas menurut berbagai pihak masih membutuhkan penelitian lebih mendalam untuk memastikan lebih detail hal-hal yang terkait langsung dengan AD Mandagi apakah itu keluarga maupun barang-barang yang digunakan.
(Frangki Wullur)