Amurang–Memasuki Januari 2012 atau minggu-minggu berjalan ada budaya kuncikan di Amurang. Bahkan, budaya tersebut sudah lama berlangsung. Menariknya, ada beberapa desa yang melaksanakan kegiatan, Diantaranya, menggelar kegiatan seperti lomba Kaceba atau Figura atau lainnya yang berhubungan dengan desa tersebut. Menariknya, lomba kacalele (tarian kabasaran, red) juga ada di Kelurahan Buyungon. Artinya, budaya kuncikan diatas hanya untuk mengibur warga.
Dari pantauan beritamanado, Minggu pertama bulan Januari sejak pukul 15.00 wita suasana jalan Trans Sulawesi, tepatnya jalan raya Buyungon menuju Jembatan patah Ranoyapo selalu ramai dengan pengunjung. Tak hanya jembatan patah Ranoyapo saja, tetapi Kelurahan Rumoong Bawah, Kawangkoan Bawah, Mobongo dan Ranomea sampai Tumpaan jadi sasaran pengunjung warga dengan kendaraan roda dua. Atau saat siang hari, sarana transportasi seperti bendi menjadi sarana paling digemari.
Di Buyungon sendiri, tiap minggu dilaksanakan lomba cakalele atau kabasaran. Perampatan Buyungon tersebut jadi sasaran para kawula muda untuk menunjukkan kemampuan melakukan tarian tempoe doele warga Minahasa ini. Menariknya, kuncikan diatas bukan rahasia umum lagi bagi warga Amurang untuk tidak melaksanakannya. Sayang, instansi terkait seperti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Minahasa Selatan belum melihat hal diatas.
”Padahal, acara seperti ini bukan hanya dilakukan warga Amurang saja. Tetapi, warga Minahasa Selatan pada umumnya juga menggelar acara kuncikan. Hanya saja, acara yang dikemas setiap desa misalnya berbeda. Namun, sepertinya instansi terkait enggan melirik acara tahunan ini dijadikan kalender kebudayaan Minsel,” kata Drs Eksperius Yus Rembang, budayawan Minahasa Selatan ketika dihubungi beritamanado, minggu tadi.
Menurut Rembang, budaya ini bukan baru kali pertama. Sudah lama sekali, kenapa Dinas Kebudayaan dan Pariwisata tak mau meliriknya. Sayang hal diatas dibiarkan begitu saja.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Minahasa Selatan, Drs Ventje Igir, BSc belum berhasil dihubungi. (and)
Amurang–Memasuki Januari 2012 atau minggu-minggu berjalan ada budaya kuncikan di Amurang. Bahkan, budaya tersebut sudah lama berlangsung. Menariknya, ada beberapa desa yang melaksanakan kegiatan, Diantaranya, menggelar kegiatan seperti lomba Kaceba atau Figura atau lainnya yang berhubungan dengan desa tersebut. Menariknya, lomba kacalele (tarian kabasaran, red) juga ada di Kelurahan Buyungon. Artinya, budaya kuncikan diatas hanya untuk mengibur warga.
Dari pantauan beritamanado, Minggu pertama bulan Januari sejak pukul 15.00 wita suasana jalan Trans Sulawesi, tepatnya jalan raya Buyungon menuju Jembatan patah Ranoyapo selalu ramai dengan pengunjung. Tak hanya jembatan patah Ranoyapo saja, tetapi Kelurahan Rumoong Bawah, Kawangkoan Bawah, Mobongo dan Ranomea sampai Tumpaan jadi sasaran pengunjung warga dengan kendaraan roda dua. Atau saat siang hari, sarana transportasi seperti bendi menjadi sarana paling digemari.
Di Buyungon sendiri, tiap minggu dilaksanakan lomba cakalele atau kabasaran. Perampatan Buyungon tersebut jadi sasaran para kawula muda untuk menunjukkan kemampuan melakukan tarian tempoe doele warga Minahasa ini. Menariknya, kuncikan diatas bukan rahasia umum lagi bagi warga Amurang untuk tidak melaksanakannya. Sayang, instansi terkait seperti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Minahasa Selatan belum melihat hal diatas.
”Padahal, acara seperti ini bukan hanya dilakukan warga Amurang saja. Tetapi, warga Minahasa Selatan pada umumnya juga menggelar acara kuncikan. Hanya saja, acara yang dikemas setiap desa misalnya berbeda. Namun, sepertinya instansi terkait enggan melirik acara tahunan ini dijadikan kalender kebudayaan Minsel,” kata Drs Eksperius Yus Rembang, budayawan Minahasa Selatan ketika dihubungi beritamanado, minggu tadi.
Menurut Rembang, budaya ini bukan baru kali pertama. Sudah lama sekali, kenapa Dinas Kebudayaan dan Pariwisata tak mau meliriknya. Sayang hal diatas dibiarkan begitu saja.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Minahasa Selatan, Drs Ventje Igir, BSc belum berhasil dihubungi. (and)