Airmadidi-Setelah sukses dengan acara “Torang Bacirita: Konservasi Macaca nigra (Yaki) 2013”, kembali program Selamatkan Yaki mengadakan perhelatan yang sama, dengan fokus lokasi Bitung dan Airmadidi, Minut yang diadakan di Pusat Penyelamatan Satwa Tasikoki Sabtu (28/3/2015).
Yunita, Education Officer Selamatkan Yaki mengatakan, terpilihnya Bitung dan Airmadidi karena jaraknya yang dekat dengan Cagar Alam Tangkoko-Duasudara, di mana terdapat populasi yaki yang paling besar pada habitat aslinya.
“Karena yaki merupakan satwa endemik Sulut yang tidak bisa hidup secara liar di tempat manapun di dunia, patutlah kedua area ini berbangga karena yaki dalam jumlah yang besar hanya bisa ditemukan di sini. Hanya saja, jumlah yang besar ini tampaknya tidak seimbang dengan kecenderungan masyarakat untuk memburu yaki, baik untuk dikonsumsi maupun untuk dijadikan peliharaan di rumah, ataupun mengalihfungsikan hutan yang menjadi tempat tinggal mereka,” kata Yunita.
Ditambahkannya, workshop tersebut bertujuan agar para pemangku kepentingan dapat duduk bersama dan mendiskusikan peran masing-masing dalam meningkatkan kesadaran serta pendidikan konservasi Macaca nigra.
Dalam workshop ini, hadir beberapa pembicara, antara lain Noldy Tuerah selaku pimpinan Synergy Pacific Institute yang menaungi program Selamatkan Yaki dengan materi tentang Konservasi Macaca nigra di Sulut, dan ilmuwan Dr Saroyo Sumarto MSi yang telah mendedikasikan dirinya untuk pelestarian yaki dengan materi Alasan Ilmiah Konservasi Macaca nigra.
Sementara para peserta dari instansi-instansi pemerintah seperti Dinas Kehutanan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pariwisata, Badan Lingkungan Hidup, Kepolisian, TNI Angkatan Laut, serta para camat dan lurah di Bitung dan Minut, Forum Masyarakat Konservasi Hutan, NGO, media dan praktisi lingkungan lainnya.(Finda Muhtar)