Tatapaan – Ratusan hektar sawah yang berada di Desa Sulu dan Paslaten Kecamatan Tatapan Minahasa Selatan terlantar. Hal ini disebabkan tidak ada air yang mengalir di saluran irigasi akibat rusaknya bendungan disekitar lokasi persawahan tersebut.
Salah satu petani Rudi Sondakh mengatakan, bendungan sebenarnya sudah lama rusak sudah hampir 2 tahun. Perbaikan yang pernah dilakukan tidak serius dikerjakan, sehinga waktu datang banjir bandang, bendungan yang baru selesai langsung rusak lagi.
Hal ini juga diiyakan oleh Jotje Manorek yang mengatur suplai air di irigasi, menurutnya sejak Agustus 2014 sampai sekarang belum juga ada info perbaikan dari instansi terkait. Para petani mengharapkan perhatian pemerintah, agar irigasi dapat cepat diperbaiki dan sedapat mungkin dibuat permanen.
Sementara itu Kadis Pertanian Minsel Decky Keintjem ketika dikonfirmasi mengungkapkan, bahwa persoalan pembangunan bendungan ini merupakan tanggung jawab pihak dinas PU, namun sepengetahuannya tahun ini tidak ada anggaran untuk proyek tersebut.
Terkait hal ini pihaknya sudah pernah mengusulkan penanganan pembangunan bendungan maupun bronjong untuk ditangani pihaknya. Jika diperkenankan, maka pihaknya akan mensiasatinya dengan pengalihan anggaran untuk kelompok tani.
“Pembangunan bendungan permanen diperkirakan akan memakan biaya sekitar 3 miliyar rupiah, sedangkan jika dibangun hanya beronjong diperkirakan biayanya hanya sekitar 500 juta rupiah,” papar Keintjem. (sanlylendongan)
Tatapaan – Ratusan hektar sawah yang berada di Desa Sulu dan Paslaten Kecamatan Tatapan Minahasa Selatan terlantar. Hal ini disebabkan tidak ada air yang mengalir di saluran irigasi akibat rusaknya bendungan disekitar lokasi persawahan tersebut.
Salah satu petani Rudi Sondakh mengatakan, bendungan sebenarnya sudah lama rusak sudah hampir 2 tahun. Perbaikan yang pernah dilakukan tidak serius dikerjakan, sehinga waktu datang banjir bandang, bendungan yang baru selesai langsung rusak lagi.
Hal ini juga diiyakan oleh Jotje Manorek yang mengatur suplai air di irigasi, menurutnya sejak Agustus 2014 sampai sekarang belum juga ada info perbaikan dari instansi terkait. Para petani mengharapkan perhatian pemerintah, agar irigasi dapat cepat diperbaiki dan sedapat mungkin dibuat permanen.
Sementara itu Kadis Pertanian Minsel Decky Keintjem ketika dikonfirmasi mengungkapkan, bahwa persoalan pembangunan bendungan ini merupakan tanggung jawab pihak dinas PU, namun sepengetahuannya tahun ini tidak ada anggaran untuk proyek tersebut.
Terkait hal ini pihaknya sudah pernah mengusulkan penanganan pembangunan bendungan maupun bronjong untuk ditangani pihaknya. Jika diperkenankan, maka pihaknya akan mensiasatinya dengan pengalihan anggaran untuk kelompok tani.
“Pembangunan bendungan permanen diperkirakan akan memakan biaya sekitar 3 miliyar rupiah, sedangkan jika dibangun hanya beronjong diperkirakan biayanya hanya sekitar 500 juta rupiah,” papar Keintjem. (sanlylendongan)