“Aparat Diduga Ikut Bermain”
MANADO – Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi di daerah kepulauan semakin menggila. Di Kepulauan Sitaro saja yang notabene tak jauh dari Manado, harga premium normal mencapai Rp15 ribu di pedagang eceran. Aparat dituding bermain dibalik melonjaknya harga BBM bersubsidi.
Terungkap dari penjelasan perwakilan PT Pertamina, Kristanto, saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi III DPRD Sulut, pekan lalu, suplai BBM bersubsidi di daerah kepulauan (Sangihe, Talaud dan Sitaro), rutin dua kali dalam sebulan.
“Kami rutin suplai BBM bersubsidi jenis premium dan solar dua kali dalam sebulan, namun hanya bertahan paling tinggi tiga hari di APMS (sejenis SPBU resmi dari Pertamina), karena diborong pedagang eceran,” ujar Sales Representatif BBM Retail Pertamina, Kristanto.
Kristanto berharap aparat kepolisian dapat melakukan pengawasan ketat di APMS atas aksi pembelian pedagang eceran. “Kami mendapat laporan para petugas di APMS sering mendapat ancaman sehingga mereka tak kuasa untuk menolak,” tambahnya.
Informasi ini dibenarkan sumber beritamanado di Sitaro. “Pengalaman kami disini, jika BBM masuk APMS, paling lama tiga hari kami mendapatkan harga normal Rp4500, lewat tiga hari bensin sudah ditangan pedagang eceran dengan harga 10 ribu hingga 15 ribu,” ujar sumber beritamanado seorang PNS di Sitaro, Selasa (17/05).
Bahkan menurut sumber saat perayaan Natal dan Tahun Baru lalu, harga premium pernah mencapai Rp35 ribu. “Pokoknya disini harga bensin dan solar tidak masuk akal, tapi anehnya aparat kepolisian seakan tak mampu melakukan tugas pengawasan. Saya tidak tahu, mungkin ini ada apa-apanya,” pungkas sumber dengan nada penuh tanya. (jry)
“Aparat Diduga Ikut Bermain”
MANADO – Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi di daerah kepulauan semakin menggila. Di Kepulauan Sitaro saja yang notabene tak jauh dari Manado, harga premium normal mencapai Rp15 ribu di pedagang eceran. Aparat dituding bermain dibalik melonjaknya harga BBM bersubsidi.
Terungkap dari penjelasan perwakilan PT Pertamina, Kristanto, saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi III DPRD Sulut, pekan lalu, suplai BBM bersubsidi di daerah kepulauan (Sangihe, Talaud dan Sitaro), rutin dua kali dalam sebulan.
“Kami rutin suplai BBM bersubsidi jenis premium dan solar dua kali dalam sebulan, namun hanya bertahan paling tinggi tiga hari di APMS (sejenis SPBU resmi dari Pertamina), karena diborong pedagang eceran,” ujar Sales Representatif BBM Retail Pertamina, Kristanto.
Kristanto berharap aparat kepolisian dapat melakukan pengawasan ketat di APMS atas aksi pembelian pedagang eceran. “Kami mendapat laporan para petugas di APMS sering mendapat ancaman sehingga mereka tak kuasa untuk menolak,” tambahnya.
Informasi ini dibenarkan sumber beritamanado di Sitaro. “Pengalaman kami disini, jika BBM masuk APMS, paling lama tiga hari kami mendapatkan harga normal Rp4500, lewat tiga hari bensin sudah ditangan pedagang eceran dengan harga 10 ribu hingga 15 ribu,” ujar sumber beritamanado seorang PNS di Sitaro, Selasa (17/05).
Bahkan menurut sumber saat perayaan Natal dan Tahun Baru lalu, harga premium pernah mencapai Rp35 ribu. “Pokoknya disini harga bensin dan solar tidak masuk akal, tapi anehnya aparat kepolisian seakan tak mampu melakukan tugas pengawasan. Saya tidak tahu, mungkin ini ada apa-apanya,” pungkas sumber dengan nada penuh tanya. (jry)