Amurang – Krisis air mulai dirasakan warga Desa Durian Kecamatan Sinonsayang. Warga harus antri untuk mendapat air itupun hanya pagi dan sore saja.
Desa yang terletak di ujung perbatasan Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel) dengan kabupaten Bolaang Monggondow (Bolmong) ini hanya berharap dari sumber air bor yang tersebar disejumlah titik yang ada di Desa Durian pemberian Dinas Kesehatan beberapa tahun lalu.
Royke Rugian, Kumtua Desa Durian kepada beritamanado.com mengatakan kebutuhan air masyarakat meningkat pesat karena jumlah penduduk desa yang terus bertambah dengan pesat.
“Jumlah kk Desa Durian sebanyak 340 kk, dengan jumlah jiwa sebanyak 1.205. Air bor ini hanya menukupi kebutuhan makan dan minum. Sedangkan kebutuhan mandi dan mencuci terpaksa menggunakan air sungai yang memiliki air yang kabur dan tidak jernih. Apalagi jika hujan turun, air sungai lebih kabur,” keluhnya. Dia menambahkan sudah pernah menyampaikan pengeluhan kepada pemerintah termasuk lewat reses bahkan menjadi skala prioritas.
“Sayangnya sampai saat ini belum ada tindak lanjut dari pemerintah untuk memperhatikan keluhan kami. Kami harap ada bantuan dari dinas-dinas terkait untuk mengatasi krisis air di Desa Durian. Jangan mentang-mentang kami berada di perbatasan lalu nasib warga tidak diperhatikan,” tegasnya. (Isak Mamoto)
Amurang – Krisis air mulai dirasakan warga Desa Durian Kecamatan Sinonsayang. Warga harus antri untuk mendapat air itupun hanya pagi dan sore saja.
Desa yang terletak di ujung perbatasan Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel) dengan kabupaten Bolaang Monggondow (Bolmong) ini hanya berharap dari sumber air bor yang tersebar disejumlah titik yang ada di Desa Durian pemberian Dinas Kesehatan beberapa tahun lalu.
Royke Rugian, Kumtua Desa Durian kepada beritamanado.com mengatakan kebutuhan air masyarakat meningkat pesat karena jumlah penduduk desa yang terus bertambah dengan pesat.
“Jumlah kk Desa Durian sebanyak 340 kk, dengan jumlah jiwa sebanyak 1.205. Air bor ini hanya menukupi kebutuhan makan dan minum. Sedangkan kebutuhan mandi dan mencuci terpaksa menggunakan air sungai yang memiliki air yang kabur dan tidak jernih. Apalagi jika hujan turun, air sungai lebih kabur,” keluhnya. Dia menambahkan sudah pernah menyampaikan pengeluhan kepada pemerintah termasuk lewat reses bahkan menjadi skala prioritas.
“Sayangnya sampai saat ini belum ada tindak lanjut dari pemerintah untuk memperhatikan keluhan kami. Kami harap ada bantuan dari dinas-dinas terkait untuk mengatasi krisis air di Desa Durian. Jangan mentang-mentang kami berada di perbatasan lalu nasib warga tidak diperhatikan,” tegasnya. (Isak Mamoto)