Manado – Rapat pleno terbuka rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara yang berlangsung di Manado-Tateli Beach Resort, eks Hotel Sedona, Rabu (23/04/2014), mengecewakan wartawan. Pasalnya, untuk meliput para kuli tinta wajib menggunakan tanda pengenal yang disediakan KPU Sulut. Ratusan polisi disiagakan di lokasi termasuk di pintu-pintu masuk ruangan untuk mencegah wartawan yang tidak memiliki I.D Card masuk. Sontak kebijakan tersebut menuai protes keras.
“Ini rapat pleno aneh, namanya pleno terbuka tapi kehadiran wartawan untuk meliput dibatasi, hanya yang menggunakan I.D Card KPU bisa masuk. Padahal, tanda pengenal pers sudah cukup membuktikan bahwa kami adalah wartawan. Apalagi informasi yang kami dapatkan disini untuk masyarakat,” keluh Mario, salah-satu wartawan media cetak di Manado.
Ruangan rapat pleno berukuran kecil juga dikritisi beberapa wartawan. “Mestinya pihak KPU sebagai penyelenggara pemilu lebih bijaksana. Ruangan rapat pleno ini terlalu kecil. Apa ruginya jika dilaksanakan di ruangan lebih besar untuk memberi akses lebih besar bagi wartawan untuk meliput. Saya melihat sekretariat KPU tidak kreatif,” tegas Ventje, wartawan media online yang mengaku sangat kesal dengan perlakuan penyelenggara pemilu.
Terkait penggunaan tanda pengenal khusus dari KPU untuk meliput rapat pleno, sekretaris KPU Jouna Oroh mengatakan, hal tersebut dilakukan untuk menjamin ketertiban kegiatan. “Penggunaan tanda pengenal khusus agar rapat pleno dapat berjalan tertib,” singkat Oroh. (jerrypalohoon)
Manado – Rapat pleno terbuka rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara yang berlangsung di Manado-Tateli Beach Resort, eks Hotel Sedona, Rabu (23/04/2014), mengecewakan wartawan. Pasalnya, untuk meliput para kuli tinta wajib menggunakan tanda pengenal yang disediakan KPU Sulut. Ratusan polisi disiagakan di lokasi termasuk di pintu-pintu masuk ruangan untuk mencegah wartawan yang tidak memiliki I.D Card masuk. Sontak kebijakan tersebut menuai protes keras.
“Ini rapat pleno aneh, namanya pleno terbuka tapi kehadiran wartawan untuk meliput dibatasi, hanya yang menggunakan I.D Card KPU bisa masuk. Padahal, tanda pengenal pers sudah cukup membuktikan bahwa kami adalah wartawan. Apalagi informasi yang kami dapatkan disini untuk masyarakat,” keluh Mario, salah-satu wartawan media cetak di Manado.
Ruangan rapat pleno berukuran kecil juga dikritisi beberapa wartawan. “Mestinya pihak KPU sebagai penyelenggara pemilu lebih bijaksana. Ruangan rapat pleno ini terlalu kecil. Apa ruginya jika dilaksanakan di ruangan lebih besar untuk memberi akses lebih besar bagi wartawan untuk meliput. Saya melihat sekretariat KPU tidak kreatif,” tegas Ventje, wartawan media online yang mengaku sangat kesal dengan perlakuan penyelenggara pemilu.
Terkait penggunaan tanda pengenal khusus dari KPU untuk meliput rapat pleno, sekretaris KPU Jouna Oroh mengatakan, hal tersebut dilakukan untuk menjamin ketertiban kegiatan. “Penggunaan tanda pengenal khusus agar rapat pleno dapat berjalan tertib,” singkat Oroh. (jerrypalohoon)