Manado – Pemadaman listrik yang kian meresahkan tak hanya menyebabkan aktivitas masyarakat lumpuh. Kondisi ini juga menyebabkan Rapat Koordinasi Stakeholders yang dilaksanakan oleh Bawaslu di Grand Kawanua, diwarnai kegelapan. Malam kedua Rakor Stakeholders ini pun berjalan tidak kondusif karena pemadaman listrik yang terjadi berkali-kali.
Pada materi terakhir yang menghadirkan narasumber dari unsur akademisi, perwakilan Kapolda, PolriI dan Bawaslu bahkan aliran listrik tidak ada sama sekali. Genset pun tak bisa berfungsi dengan baik. Akibatnya, baik narasumber, panitia maupun peserta tak bisa melakukan tugas masing-masing dengan baik.
Demi melanjutkan kegiatan, tindakan yang diambil oleh panitia dan para narasumber layak menerima apresiasi. Rapat dilanjutkan dengan menggunakan toa layaknya berorasi dalam demo dan lampu senter dari handphone milik panitia dan peserta menjadi alat bantu penerangan. Meski jalannya rapat menjadi tidak maksimal, tapi usaha ini tetap membuat peserta tidak kehilangan informasi materi.
“Sampai kapan pemadaman listrik ini akan menghantui kita, tidak ada yang tahu. Tapi harapan semua pihak, Sulawesi Utara bisa secepatnya pulih dari kegelapan dan pihak-pihak yang berwenang bertanggungjawab atas segala yang terjadi dengan cara memastikan bahwa semuanya akan segera terbenahi dan menjamin masyarakat tidak akan kembali hidup di zaman batu,” Joy, salah-satu peserta. (srisuryapertama)
Manado – Pemadaman listrik yang kian meresahkan tak hanya menyebabkan aktivitas masyarakat lumpuh. Kondisi ini juga menyebabkan Rapat Koordinasi Stakeholders yang dilaksanakan oleh Bawaslu di Grand Kawanua, diwarnai kegelapan. Malam kedua Rakor Stakeholders ini pun berjalan tidak kondusif karena pemadaman listrik yang terjadi berkali-kali.
Pada materi terakhir yang menghadirkan narasumber dari unsur akademisi, perwakilan Kapolda, PolriI dan Bawaslu bahkan aliran listrik tidak ada sama sekali. Genset pun tak bisa berfungsi dengan baik. Akibatnya, baik narasumber, panitia maupun peserta tak bisa melakukan tugas masing-masing dengan baik.
Demi melanjutkan kegiatan, tindakan yang diambil oleh panitia dan para narasumber layak menerima apresiasi. Rapat dilanjutkan dengan menggunakan toa layaknya berorasi dalam demo dan lampu senter dari handphone milik panitia dan peserta menjadi alat bantu penerangan. Meski jalannya rapat menjadi tidak maksimal, tapi usaha ini tetap membuat peserta tidak kehilangan informasi materi.
“Sampai kapan pemadaman listrik ini akan menghantui kita, tidak ada yang tahu. Tapi harapan semua pihak, Sulawesi Utara bisa secepatnya pulih dari kegelapan dan pihak-pihak yang berwenang bertanggungjawab atas segala yang terjadi dengan cara memastikan bahwa semuanya akan segera terbenahi dan menjamin masyarakat tidak akan kembali hidup di zaman batu,” Joy, salah-satu peserta. (srisuryapertama)