Minut, BeritaManado.com – Ratusan warga Desa Tatelu Kecamatan Dimembe tampak berkumpul di Balai Jaga III, Rabu (25/4/2018).
Mereka antusias diskusi bersama anggota DPRD Minahasa Utara (Minut) Edwin Nelwan SP yang dijadwalkan melaksanakan Masa persidangan II Tahun Sidang IV Tahun 2018, sore hari itu.
“Syukur kepada Tuhan. Saya bangga dan senang, bisa jadi wakil rakyat. Kalau saya ada sampai sekarang, semua karena dukungan dari masyarakat, saya dan keluarga tidak luput dari kekurangan dan kelemahan,” ujar Edwin Nelwan, membuka dialog bersama warga.
Secara tegas, Nelwan ingin dalam dialog tersebut warga bisa terbuka menyampaikan aspirasinya.
“Dari dulu saya terbuka menerima kritik dan saran. Sedangkan masyarakat marah saya siap. Wakil rakyat begitu, saya hanya pesuruh rakyat jadi kalau mau bilang apa-apa, jangan malu, dimarahi juga saya siap,” ujar Nelwan yang hadir didampingi istri tercinta Rike Karinda.
Pada kesempatan itu, secara atraktif masyarakat pun menyampaikan kerinduan hatinya mulai dari harapan perbaikan jalan raya Tatelu Pinilih yang rusak parah, perbaikan jalan setapak, jalan menuju areal perkebunan, serta selokan rusak.
“Tolong pak dewan, jalan ke kebun sudah rusak dan perlu diperbaiki. Di atas ada sawah dan ladang, perlu akses jalan sampai ke ladang karena semua hasil panen saat ini susah diangkut karena kendaraan roda empat tidak bisa masuk kesana,” ujar opa Dinan, warga setempat.
Selain masalah infrastruktur, dikeluhkan juga harga kebutuhan pokok di pasar Tatelu yang dinilai sangat mahal.
“Kami kalau ada acara besar, lebih baik belanja di Pasar Airmadidi karena harga di pasar sini jauh lebih mahal,” tambah warga lainnya.
Menanggapi seluruh aspirasi ini, Edwin Nelwan mengakui bahwa perbaikan jalan Tatelu-Pinilih yang merupakan jalan provinsi karena menghubungkan Minut ke Kota Bitung, memang belum ditangani secara serius.
“Saya setuju frekuensi dan intensitas pemakaian jalan ini sudah tidak proporsional. Perbaikan jalan ini dananya dari provinsi dan kami bisa perjuangkan karena masyarakat sudah capek bicara. Masyarakat jenuh menyuarakan yang belum didengar,” kata Nelwan.
Ikut menjadi prioritas Edwin Nelwan, yaitu keberadaan sejumlah bangunan yang mubazir seperti Terminal Tatelu dan Pasar Dimembe yang menelan anggaran sekitar Rp8 Miliar.
“Bangunan yang tidak dimanfaatkan seperti ini jangan dibiarkan, karena mempertontonkan kebijakan yang salah. Padahal kalau terminal aktif, trayek di sekitar situ jalan, maka tidak ada lagi daerah yang terisolasi seperti Desa Klabat dan Pinilih. Kasihan warga khususnya pelajar hanya menumpang angkutan truk untuk ke sekolah. Ada lansia yang naik ojek, sangat beresiko, kasihan,” kata Nelwan.
Sementara itu keberadaan SMPN 1 Dimembe di Tatelu bak telur mata sapi.
“Letaknya di Tatelu tapi namanya SMPN 1 Dimembe. Ini juga perlu ditinjau ulang, harusnya sekolah mengangkat nama desa dimana dia berada,” tambah politisi Partai Golkar.
Terkait jalan setapak dan drainase yang rusak, Edwin Nelwan berinisiatif memperbaiki dengan dana pribadi.
“Saya komunikasikan dengan Kumtua Tatelu karena desa juga punya dana desa untuk membangun infrastruktur rusak. Saya juga siap membantu secara pribadi. Sedangkan soal harga pasar secepatnya saya akan temui Direktur PD Klabat sebagai pihak yang berwenang menangani masalah pasar karena saya setuju bahwa hak konsumen harus dijaga,” tutur Nelwan.
Pertemuan tersebut dihadiri Hukum Tua Tatelu Jhon Lausan, Kadis Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Jofieta Supit, serta perangkat desa.
Pada kesempatan itu, Edwin Nelwan menyerahkan bantuan uang tunai sebesar Rp20 juta untuk pembelian tanah pendirian gedung Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Desa Tatelu.
“Memberi seperti kasih ibu, hanya memberi tak harap kembali. Kalau pun kembali, saya bersyukur. Karena ada banyak cara Tuhan untuk membalas apa yang sudah kita berikan,” pungkas Nelwan.
(Finda Muhtar)